BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Manual Removal Fecal
A.
Definisi
Penghapusan impaksi
tinja adalah (menggunakan jari) digital berarti melanggar dan menghapus impaksi
tinja, atau tinja mengeras massa, seperti tanah liat bersarang di rektum.
B.
Tujuan
Impaksi tinja adalah
hasil dari sembelit ekstrim. Sebagai pasien tidak mampu mengusir kotoran, lebih
lanjut terakumulasi menjadi massa yang lebih besar, lebih keras yang tidak
mungkin untuk melewati buang air besar normal. Ini akumulasi tinja dapat
memperpanjang sampai ke kolon sigmoid, loop dari usus besar di atas rektum.
Impaksi adalah paling umum pada orang tua tidak aktif, namun ada penyebab lain
selain tidak aktif. Di antara penyebab lainnya adalah:
v Obat, termasuk antasida yang memiliki aluminium sebagai suatu
bahan; kalsium dan suplemen zat besi, sebuah kategori anti-hipertensi obat yang
dikenal sebagai calcium channel blockers; obat alergi (antihistamin), obat
psikotropika seperti antidepresan dan obat penenang; hormon seperti estrogen
dan progestin , dan obat untuk mengurangi kejang seperti yang digunakan dalam
mengobati penyakit Parkinson.
v Kebiasaan buang air besar miskin, tidak memiliki jadwal rutin untuk
mengevakuasi usus.
v Kurangnya asupan cairan
v Diet yang kurang serat seperti dedak, buah, dan sayuran
v Dubur gangguan seperti rectocele
Selain
ketidaknyamanan kondisi ini menciptakan, impaksi tinja tidak diobati juga dapat
menjadi masalah kesehatan yang serius, menghasilkan usus kronis terlalu
melebar, atau megakolon, yang dapat memerlukan koreksi bedah. Hal ini
dimungkinkan untuk jaringan dubur untuk menjadi rusak, ulserasi, atau bahkan
nekrotik (kehilangan suplai darah akibat tekanan dari tinja). Komplikasi yang
potensial yang paling serius adalah bahwa usus yang lebih rendah dapat menjadi
benar-benar terhambat. Obstruksi usus tersebut mungkin berakibat fatal.
C.
Kemungkinan
bahwa pasien memiliki impaksi tinja harus dipertimbangkan jika ia menunjukkan
salah satu atau semua gejala berikut:
Ø Keluhan ketidakmampuan untuk buang air besar meskipun sering
merasakan dorongan untuk buang air besar.
Ø Pada saat buang air besar, tinja tampak baik diare atau tipis dan
pensil.
Ø Sakit perut
Ø Kembung dan perut bengkak atau keras
Ø Anoreksia, atau kurangnya nafsu makan, mual, dan muntah.
Ø Keluhan malaise umum, atau tidak enak badan
Ø Adanya feses keras dalam rektum
Ø Meningkatnya kegelisahan pada pasien yang menderita penyakit
Alzheimer atau bentuk lain dari demensia.
D.
Kewaspadaan
Hal ini melanggar
digital dan penghapusan tinja berdampak berpotensi dapat merusak lapisan
selaput lendir di usus, dan rangsangan pada saraf vagus yang memiliki akhiran
dalam rektum dapat menyebabkan penyimpangan jantung. Oleh karena itu prosedur
yang dilakukan hanya dengan sangat hati-hati. Paling sering, perawat menghapus
impactions tinja setelah menerima perintah dokter, atau di bawah pengawasan
dokter.
E.
Deskripsi
Selembut mungkin,
memasukkan sebuah perawat, sarung dilumasi jari telunjuk dan pijat di sekitar
tepi impaksi, secara bertahap bekerja jari bersarung ke dalam massa untuk
istirahat itu. Para pecah-up buah bangku yang copot dengan hati-hati bekerja
mereka ke bawah menjelang akhir rektum. Selama prosedur ini, pasien harus
diperiksa secara teratur untuk memastikan bahwa tidak ada efek tak diinginkan
seperti kelemahan, diaforesis atau sifat lekat, atau perubahan denyut nadi.
F.
Tindakan
v Membantu Pasien Air Besar dengan Pispot
Membantu pasien
buang air besar dengan pispot di tempat tidur merupakan tindakan pada pasien
yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar kecil. Tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.
Persiapan Alat
dan Bahan
1.
Alas
/ perlak
2.
Pispot
3.
Air
bersih
4.
Tisu
5.
Skrin
(sampiran) bila pasien dirawat di bangsal umum
6.
Sarung
tangan
Prosedur kerja:
1.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
2.
Pasang
sampiran jika pasien dirawat di bangsal umum
3.
Cuci
tangan
4.
Gunakan
sarung tangan
5.
Pasang
pengalas di bawah glutea
6.
Tempatkan
pispot di antara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian lubang
pispot tepat dibawah rektum. Pada saat meletakkan pispot anjurkan pasien untuk
mengangkat daerah glutea (bila pasien mampu) untuk memudahkan meletakkan
pispot.
7.
Setelah
pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau
belum. Kalau belum, atur sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan pasien. Jaga
privasi pasien selama prosedur dilakukan.
8.
Anjurkan
pasien untuk buang air besar pada pispot yang telah disediakan.
9.
Setelah
selesai, siram daerah anus dan sekitarnya dengan air hingga bersih dengan
bantuan tangan yang bersarung tangan. Kemudian keringkan dengan tisu
10.
Cuci
tangan
11.
Catat
tanggal, jam defekasi, dan karakteristik fesesseperti; jumlah, konsistensi,
warna, bau, dan respons pasien selama prosedur.
G.
Rehabilitasi
Setelah disimpaction
selesai, mungkin perlu untuk mengelola enema atau supositoria untuk memberikan
menyelesaikan penghapusan tinja. Aspek yang paling penting dari perawatan
adalah pencegahan terjadinya kembali masalah dengan eliminasi.
H.
Komplikasi
Stimulasi saraf
vagus, yang menyebabkan penyimpangan jantung dengan kemungkinan pingsan atau
kelemahan, adalah komplikasi potensial yang paling serius. Namun, perdarahan
rektum, hasil dari trauma pada mukosa usus, juga dapat terjadi.
I.
Hasil
Hasil yang
diharapkan akan menjadi penghapusan tinja mengeras dari rektum pasien, membuat
pasien jauh lebih nyaman.
2.2
Mengambil Feces Untuk Pemeriksaan Laboratorium
A.
Definisi Feses
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari
makanan yang kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Jumlah
normal produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak
tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis
makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x
per-minggu.
B. Pemeriksaan
B. Pemeriksaan
1. Indikasi dilakukan pemeriksaan feses :
a.
Adanya diare
dan konstipasi
b.
Adanya darah
dalam tinja
c.
Adanya
lendir dalam tinja
d.
Adanya
ikterus
e.
Adanya gangguan pencernaan
f.
Kecurigaan
penyakit gastrointestinal
2. Macam- macam
Pemeriksaan
A.
Makroskopis
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan
jumlah, warna, bau, darah, lendir dan parasit. Feses untuk pemeriksaan
sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat
diperlukan, maka sampel tinja di ambil dengan menggunakan jari bersarung dari
rectum. Untuk pemeriksaan biasa digunakan tinja sewaktu, jarang diperlukan
tinja 24 jam untuk pemeriksaan tertentu. Tinja hendaknya diperiksa dalam
keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu
menjadi rusak. Bahan ini harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan
infeksi,berhati-hatilah saat bekerja.
Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
1)
Wadah sampel
bersih, kedap, bebas dari urine
2)
Harus
diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari
es.
3)
Tidak boleh
menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan.
4)
Diambil dari
bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang bercampur darah atai lendir.
5)
Paling baik
dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.
6)
Pasien
konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.
7)
Pada Kasus
Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass.
8)
Untuk
mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan
lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras, dos
karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar.
9)
Oleh karena
unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat.
Berikut
adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan
sampel feses :
1)
Pemeriksaan
Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
2)
Pemeriksaan
Warna
a)
Tinja normal
kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya
urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai
jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna
kuning juga dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat santonin.
b)
Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan
oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir
disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
c)
Warna kelabu
mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang
didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
d)
Tinja yang berwarna merah muda dapat
disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan
seperti bit atau tomat.
e)
Warna coklat
mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau
karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan
urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam
dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin
juga oleh melena.
3)
Pemeriksaan
Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
4)
Pemeriksaan
Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan absorpsi usus.
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan absorpsi usus.
5)
Pemeriksaan
Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
a)
Lendir yang
terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada
usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali
iritasi terjadi pada usus halus.
b)
Pada
disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
c)
Lendir
transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous
colitis pada anxietas.
d)
Tinja dengan
lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.
e)
Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah
dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis
ulceratif, intestinal dll.
f)
Tinja dengan
lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
6)
Pemeriksaan
Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
a)
Pada
perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan
warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices
dalam oesophagus.
b)
Pada
perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar
tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma
rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
c)
Pemeriksaan
Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
d)
Pemeriksaan
Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
7)
Pemeriksaan adanya
sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
B.
Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi
pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal,
makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah
pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
1)
Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
2)
Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
3)
Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan. Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan. Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
4)
Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
5)
Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
6)
Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
7)
Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
8)
Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba.
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba.
9)
Jamur
a.
Pemeriksaan
KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan
adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan
penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan
terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur
seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus
diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.
b.
Kimia
1)
Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase/ oksiperoksidase dari eritrosit (Hb).
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase/ oksiperoksidase dari eritrosit (Hb).
2)
Metode
benzidine basa
i.
Buatlah
emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah
hingga mendidih.
ii.
Saringlah
emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
iii.
Ke dalam
tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
iv.
Tambahkan 3
ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu.
v.
Bubuhilah
2ml filtrate emulsi tinja, campur.
vi.
Berilah 1ml
larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau Positif ( +) hijau Positif (2+) biru bercampur hijau Positif (3+) biru Positif (4+) biru tua |
vii.
Hasil dibaca
dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
3)
Metode
Benzidine Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.
4)
Cara Guajac
Prosedur Kerja :
Prosedur Kerja :
i.
Buatlah
emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat
glacial, campur.
ii.
Dalam tabung
reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %,
campur.
iii.
Tuang
hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua
jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
iv.
Hasil
positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.
Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu.
5)
Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur kerja :
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur kerja :
1.
Taruhlah
beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja.
2.
Campurlah
baik-baik dengan memakai alunya.
3.
Tuanglah
bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24
jam.
4.
Adanya
urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
6)
Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
7)
Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penghapusan impaksi
tinja adalah (menggunakan jari) digital berarti melanggar dan menghapus impaksi
tinja, atau tinja mengeras massa, seperti tanah liat bersarang di rektum.
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari
makanan yang kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Jumlah
normal produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak
tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis
makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x
per-minggu.
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan
jumlah, warna, bau, darah, lendir dan parasit. Feses untuk pemeriksaan
sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan,
maka sampel tinja di ambil dengan menggunakan jari bersarung dari rectum. Untuk
pemeriksaan biasa digunakan tinja sewaktu, jarang diperlukan tinja 24 jam untuk
pemeriksaan tertentu. Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau
dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu menjadi rusak.
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa,
telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi.
Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa
dan telur cacing.
3.2 Saran
Demi
pembenahan dan kelengkapan dari keseluruhan isi makalah ini, kami sebagai
penulis sangat membutuhkan saran dari pembaca agar makalah ini dapat tersusun
dengan sempurna kedepannya serta dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
semua pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
· Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Kebutuhan
Dasar Manusia.Jakarta; EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar